top of page
Writer's picturebukanplanetkita

Nasib Hutan di Tangan Sehelai Tisu

Updated: May 26, 2019



Kalian pasti pernah menggunakan tisu kan? Mungkin malah tiada hari tanpa tisu yaa. Tisu, helaian kertas tipis dan lembut yang memiliki daya serap tinggi erat banget sama kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari aktivitas meja makan, cuci tangan, bepergian, sampai nangisin mantan *eh jangan deng, nggak penting*. Saking melekatnya tisu dengan kehidupan kita nih, kita sampe nggak sadar kalo kita jadi boros tisu dan menganggap perilaku tersebut adalah hal yang wajar. Padahal perilaku ‘boros tisu’ punya dampak yang gede banget terhadap hutan.


Awalnya, tisu hanya digunakan untuk toilet. Namun, sekarang tisu jadi digunakan dimana-mana. Produksi tisu pun terus meningkat dan berkembang dengan berbagai bentuk dan kemasan, sehingga lebih menarik masyarakat untuk menggunakan tisu. Hal tersebut menyebabkan konsumsi tisu, termasuk di Indonesia ke depannya akan terus meningkat.


Berdasarkan Penelitian WWF Indonesia dan creative agency Hakuhodo, 54 persen masyarakat Indonesia yang hidup di kota besar, memiliki kebiasaan menghabiskan tiga helai tisu untuk mengeringkan tangan. Hayo kamu juga yaa?


Koesnadi, Sekjen Serikat Hijau Indonesia mengatakan, “jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta orang, dan setiap harinya mereka menggunakan setengah gulung tisu, artinya konsumsi tisu Indonesia setiap harinya adalah 100 juta gulung. Bila diasumsikan berat satu gulung tisu adalah seperempat kilogram, maka penggunaan tisu Indonesia dalam satu hari mencapai 25 ribu ton.”


Ngerii nggak ngebayangin berapa banyak pohon yang dibabat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tisu Indonesia setiap harinya? Miris banget karena satu pohon ternyata mampu menyediakan oksigen untuk 3 orang, dan juga menjadi penyerap karbon dan emisi. Jadi pilih pohon atau tisu?


Permintaan tisu yang terus meningkat ini berdampak pada hutan alami yang menjadi rumah bagi para satwa liar seperti Harimau Sumatera, Orangutan, Gajah Sumatera, dan spesies lainnya. Deforestasi yang terjadi di hutan Indonesia sebagian besar disebabkan oleh konversi hutan menjadi perkebunan dan hutan tanaman industri (HTI). Di Sumatera, lebih dari 7 juta hektare hutan yang merupakan habitat Harimau Sumatera telah berubah menjadi perkebunan, dan kawasan HTI untuk kertas dan tisu. Sejak tahun 1985 hingga kini, hutan Sumatera terus menyusut dengan angka laju deforestasi sebesar 2,9 persen setiap tahunnya. Kini hanya tinggal 24 persen luas hutan alami yang tersisa di Sumatera, dan akan semakin menyusut jika permintaan komoditas hutan seperti tisu terus meningkat dan tidak terkendali.


Jika kita lihat lagi, konsumsi tisu di Indonesia sebenarnya belum sebesar negara lain, seperti negara barat. Tapi masa iya kita harus ikut-ikutan barat untuk boros tisu? Kita nggak perlu menunggu untuk melakukan hal postif untuk bumi kita kan? Apalagi ternyata tanpa kita sadari setiap helai tisu yang lembut itu adalah penentu nasib hutan dan satwa yang hidup di dalamnya.

Maka, mari kita sebagai konsumen dan pengguna tisu menjadi lebih bijak dalam menggunakan si putih tipis nan lembut ini, lebih baik lagi jika hanya menggunakan tisu yang sudah mendapat label hijau. Atau ya, berhemat. Gimana caranya? Setiap selesai mencuci tangan, kita bisa mengeringkan tangan dengan cara yang menyenangkan, yakni dengan melakukan #30claps, mungkin keren ya kalo dibikin challenge #30claps. Atau bisa juga dengan cara mengeringkan tangan kita menggunakan sapu tangan. Kalo kita kepepet banget butuh tisu, biasakan mengambilnya nggak lebih dari satu. Gunakan setiap helai tisumu dengan efektif.

Terakhir, mulailah membeli tisu yang berlabel ramah lingkungan. Label Forest Stewardship Council (FSC) merupakan simbol yang menandakan produk komoditas hutan yang berasal dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab, baik secara lingkungan maupun sosial. Ini artinya, tisu yang Anda gunakan didapatkan dari hutan yang tidak merusak lingkungan, memperhatikan konservasi keanekaragaman hayati, pengurangan emisi karbon, rehabilitasi hutan, dan memperhatikan hak-hak masyarakat adat, masyarakat sekitar hutan, dan juga hak pekerja.


Yuk jadi konsumen tisu yang bijak, penyelamat hutan, dan pahlawan bagi satwa bumi! Karena bumi ini bukan planet kita!


Ditulis oleh

Wahyu Dyah Safitri

50 views0 comments

Comments


bottom of page