BERLIN — Ribuan siswa bolos sekolah pada hari Jum’at (29/03/2019) dan turun ke jalan-jalan di ibukota Jerman sebagai bagian dari gerakan pemuda di seluruh dunia. Mereka mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan lebih cepat terhadap perubahan iklim.
Membawa berbagai slogan seperti “Aku ingin salju untuk Natal” dan “Iklim sedang berubah, mengapa kita tidak?” para demonstran berkumpul di sebuah taman dekat stasiun kereta utama Berlin.
“Orang-orang muda yang berdiri disini dan yang berdemonstrasi di berbagai tempat di Jerman sekarang pasti dapat membuat perbedaan, dan juga akan dilihat oleh para politisi” kata Felix Osebold, siswa berusia 19 tahun dari kota Essen di Jerman barat. “Tidak mungkin tidak ada yang terjadi”.
Demonstrasi ini dikepalai oleh seorang remaja dari Swedia, Greta Thunberg yang menginsipirasi berbagai protes di Jerman dengan mengadakan “pemogokan sekolah. Ia berkumpul dengan yang lain sambil menyuarakan pendapatnya dan berteriak “Apa yang kita inginkan? Keadilan iklim. Kapan kita menginginkannya? Sekarang!". Remaja berusia 16 tahun itu berpidato di depan kerumunan orang di Gerbang Brandenburg dan juga akan menemui para ilmuwan di Institut Postdam untuk penelitian dampak iklim.
Salah satu demonstran Gabriele Konradi membawa putrinya yang berusia 7 tahun bernama Valerie sambil membawa slogan bertuliskan “ubah sistem, bukan iklim”. Valerie mengatakan dia berharap “orang-orang tidak akan menghasilkan begitu banyak sampah lagi”.
Salah satu demonstran Gabriele Konradi membawa putrinya yang berusia 7 tahun bernama Valerie sambil membawa slogan bertuliskan “ubah sistem, bukan iklim”. Valerie mengatakan dia berharap “orang-orang tidak akan menghasilkan begitu banyak sampah lagi”.
Protes mingguan “Fridays for Future” ini sebagian besar disambut oleh politisi Jerman, meskipun ada beberapa yang mengkritik siswa karena memprotes selama masa sekolah.
Kanselir Angela Merkel menyebut protes itu "inisiatif yang sangat bagus" dan mengatakan bahwa dia menyambut mereka.
Greta Thunberg memulai aksi protesnya sejak tahun lalu. Ia melakukan demonstrasi sendirian di luar parlemen Swedia untuk mendesak tindakan yang lebih cepat dan lebih kuat untuk memerangi perubahan iklim.
Terinspirasi dari upayanya, aksi protes mingguan ini telah berubah dari beberapa kota menjadi rastusan, dipicu oleh dampak perubahan iklim yang dirasakan oleh para siswa.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa para pengunjuk rasa akan bertambah menjadi usia 30-an sampai 50-an ketika dunia akan mencapai tingkat pemanasan yang berbahaya yang coba dicegah oleh perjanjian iklim internasional.
sumber: economictimes.indiatimes.com
Ditulis oleh
Avisha Pramestyani
コメント